Mentawa buah asli hasil hutan Kalimantan terutama di Kalimantan Barat. Buah ini banyak didapatkan Kabupaten Landak. Buah mentawa dari luar mirip seperti buah nangka bulat atau buah sukun.
Isinya hampir sama dengan nangka yang sudah matang, tapi warnanya lebih orange atau orange tua. Buahnya juga lebih bulat dan kecil-kecil. Tapi rasanya manis banget. Seperti cempedak lembut dan manis.
Masyarakat di Landak lebih senang memakan buah mentawa ketika mentawanya masih mengkal atau belum terlalu masak. Katanya enak kerences-kerences. Tapi rasanya tawar, tidak semanis jika dimakan setelah matang.
Masyarakat di Landak tidak suka dengan mentawa yang sudah matang, mumgkin karena rasanya yang terlalu manis. Khasiat buah ini karena manis, bisa sebagai menambah energi.
Jika teman-teman sedang berada di Kalimantan Barat atau Kalimnatan Timur pada bulan November atau akhir tahun, bersegeralah hunting buah mentawa ini. Biasanya pada bulan November - Maret adalah merupakan bulan buah karena buah-buahan disini sedang banyak-banyaknya.
Selamat menikmati buah asli Nuswantara.
Makin cinta dengan buah-buahan lokal Indonesia
Makin cinta dengan Nuswantara.
Rahayu
ad
Rabu, 30 Desember 2015
Sabtu, 19 Desember 2015
Buah Pengan Buah Asli Kalimantan
Buah Pengan, agak asing di telinga saya ketika kali mendengar nama buah tersebut. Pengan, buah asli Kalimantan ini dari luar mirip dengan sukun atau kluweh, kulitnya berduri dan bulat. Buah ini merupakan hasil hutan di Kalimantan, terutama di Kalimantan Barat.
Namun isinya atau buahnya mirip cempedak namun warna lebih putih dan rasanya hmmmmm manis sekali dan lembut. Rasanya memang sangat khas, tidak mirip cempedak. Agak sulit untuk melukiskan rasa buah ini dalam kata-kata. Jadi jika ingin tahu bagaimana rasa buah Pengan ini datanglah ke Kalimantan, terutama ke Landak, Kalimantan Barat.
Saya makan buah pengan ini ketika mengunjungi kota Ngabang, Landak - Kalimantan Barat. Awalnya hunting durian lokal, malah dapat buah langka ini,.....hmmmm beruntung sekali saya. Saya mencoba mencari refensi tentang buah pengan ini, namun agak sulit mendapatnya walau sudah tanya mbah google masih belum dapatkan info apapun. Jadi menulis hanya dengan info sedikit dari kawan di Ngabang. Di Kalimantan Timur buah ini namanya buah Tarap.
Namun isinya atau buahnya mirip cempedak namun warna lebih putih dan rasanya hmmmmm manis sekali dan lembut. Rasanya memang sangat khas, tidak mirip cempedak. Agak sulit untuk melukiskan rasa buah ini dalam kata-kata. Jadi jika ingin tahu bagaimana rasa buah Pengan ini datanglah ke Kalimantan, terutama ke Landak, Kalimantan Barat.
Saya makan buah pengan ini ketika mengunjungi kota Ngabang, Landak - Kalimantan Barat. Awalnya hunting durian lokal, malah dapat buah langka ini,.....hmmmm beruntung sekali saya. Saya mencoba mencari refensi tentang buah pengan ini, namun agak sulit mendapatnya walau sudah tanya mbah google masih belum dapatkan info apapun. Jadi menulis hanya dengan info sedikit dari kawan di Ngabang. Di Kalimantan Timur buah ini namanya buah Tarap.
Untuk berburu buah ini, datanglah ke Kalimantan pada bulan November sampai bulan Maret. Karena bulan-bulan tersebut di Kalimantan merupakan bulan buah. Buah pengan ini berkhasiat menambah energi. Setelah makan buah ini serasa energi kita bertambah karena rasanya yang sangat manis. Apalagi sebelum makan pengan ini, saya belum tidur semalaman karena harus menyelesaikan laporan kegiatan. Akhirnya nambah tidak tidur sehari lagi masih kuat. Makin betah dech di Ngabang nie.
Ternyata Nuswantara ini kaya luar biasa, dari sumber daya alam, buah, makanan dan lainnya..... Makin cinta Nuswantara. Dan hasil bumi Indonesia.
Yuks hunting......
ad
Selasa, 01 Desember 2015
Jengkol Kalimantan
Jengkol, siapa sie yang tidak kenal jengkol? Mayoritas bangsa Indonesia kenal bahkan sampai ke manca negara. Makanan satu ini memang banyak sekali penggemarnya tapi banyak juga yang tidak suka. Bukan karena rasanya, tapi karena malas dengan dampak setelah memakannya.
Ya, jengkol memang memiliki ke khas-an, yaitu setelah kita memakannya pasti mulut kita bau dan jika kita buang air kecil juga bau ya tidak hilang-hilang, Harus disiram dengan air sebanyak-banyaknya.
Saya termasuk penggemar jengkol. Kalau sudah lihat jengkol, alamakkk.... langsung lapar dan ingin secara melahapnya. Apalagi jika jengkolnya di balado hmmmmm very yummy. Dan saya merasa beruntung sekali suka dengan jengkol, karena ternyata jengkol itu anti oksidannya tinggi dan bisa mencegah kanker. Kalau lagi musim jengkol memang benar-benar mencegah kanker alias kantong kering, menu murah meriah. Tapi jengkol pernah lho jadi makanan orang kaya, karena harganya melebihi harga daging. Pada saat itu, Terpaksa para penggemar jengkol harus puasa jengkol...hahaha.
Tapi memasak jengkol juga perlu keahlian, agar baunya bisa tidak terlalu mengganggu. Ada beberapa tips yang bisa kita dapat masing-masing sudah berdasarkan pengalaman mungkin juga sudah turunan dari moyangnya masing-masing.
Dikeluarga kami, untuk menghilangkan bau dari jengkol ketika direbus dicampur dengan daun pepaya, kulit bawang merah dan rempah-rempah. Kemudian setelah matang dikupas dari kulit arinya dan dicuci bersih. setelah itu dipukul-pukul biar agak empuk dan pulen. Baru dech jengkolnya diolah, mau direndang, balado semur atau lainnya. Ada juga yang cukup dimasak dengan kulit arinya sudah bisa mengurang bau si jengkol.
Ketika di Ngabang, Landak Kalimantan Barat, Saya menemukan warung yang ada menu jengkolnya. Walhasil, warung ini langsung merebut hati saya. Karena jengkolnya itu agak berbeda dengan jegkol yang biasa saya lihat dan makan di Jawa. Jengkol disini besar-besar dan jeli (apanya bahasanya kalau mendul-mendul gitu). Saya cobalah makan di warung ini dengan menu rendang jengkol, tumis pakis dan ikan.
Ternyata jengkol disini memang agak beda rasanya, lebih legit kalau saya bilang tapi teman saya bilang lebih pulen. Dan yang lebih mantaf lagi ketika buang air kecil juga tidak bau, mulut juga tidak bau. Kereennn kan.
Karena penasaran, esok malamnya saya ke Warung Nasi Pedas bu Atik lagi, selain untuk menikmati jengkol lagi yang pasti penasaran mau tanya bagaimana cara memasaknya sehingga tidak bau. Dapatlah saya tipsnya si ibu tukang masak bagaimana memasak jengkolnya... Mau tahu?? Rahasia achhh.....hahaha.
Jengkol Kalimantan memang dikenal, mungkin kenapa jengkol disini bisa besar-besar karena belum terlalu banyak orang Kalimantan yang suka dengan jengkol jadi si jengkol bisa benar-benar tua dan besar. Tidak seperti di Jawa, masih muda juga sudah dipetik untuk dilalap....hehehe. Dan yang membuat agak berbeda jengkol kalimantan dengan jengkol di daerah lainnya mungkin karena di kalimantan itu kandungan kalsium dalam tanahnya sedikit. Tapi itu baru asumsi saya lho, perlu penelitian khusus tapi bagi yang mau meneliti....hehehe...
Tapi sayangnya, saya belum bisa membuktikan jika jengkol Kalimantan itu berbeda. Karena saya belum bisa membawa jengkol mentah pulang ke Jawa. Jadi masih hoax. Next kedatangan ke Kalimantan saya akan bawa dan masak di rumah. Apa hasil dan rasanya akan sama? Kita lihat saja nanti......hehehe.
So, yang sedang ada di Kalimantan khususnya Landak, monggo coba jengkolnya. Tapi yang suka jengkol ya
See u on next travelling.
ad
Ya, jengkol memang memiliki ke khas-an, yaitu setelah kita memakannya pasti mulut kita bau dan jika kita buang air kecil juga bau ya tidak hilang-hilang, Harus disiram dengan air sebanyak-banyaknya.
Saya termasuk penggemar jengkol. Kalau sudah lihat jengkol, alamakkk.... langsung lapar dan ingin secara melahapnya. Apalagi jika jengkolnya di balado hmmmmm very yummy. Dan saya merasa beruntung sekali suka dengan jengkol, karena ternyata jengkol itu anti oksidannya tinggi dan bisa mencegah kanker. Kalau lagi musim jengkol memang benar-benar mencegah kanker alias kantong kering, menu murah meriah. Tapi jengkol pernah lho jadi makanan orang kaya, karena harganya melebihi harga daging. Pada saat itu, Terpaksa para penggemar jengkol harus puasa jengkol...hahaha.
Tapi memasak jengkol juga perlu keahlian, agar baunya bisa tidak terlalu mengganggu. Ada beberapa tips yang bisa kita dapat masing-masing sudah berdasarkan pengalaman mungkin juga sudah turunan dari moyangnya masing-masing.
Dikeluarga kami, untuk menghilangkan bau dari jengkol ketika direbus dicampur dengan daun pepaya, kulit bawang merah dan rempah-rempah. Kemudian setelah matang dikupas dari kulit arinya dan dicuci bersih. setelah itu dipukul-pukul biar agak empuk dan pulen. Baru dech jengkolnya diolah, mau direndang, balado semur atau lainnya. Ada juga yang cukup dimasak dengan kulit arinya sudah bisa mengurang bau si jengkol.
Ketika di Ngabang, Landak Kalimantan Barat, Saya menemukan warung yang ada menu jengkolnya. Walhasil, warung ini langsung merebut hati saya. Karena jengkolnya itu agak berbeda dengan jegkol yang biasa saya lihat dan makan di Jawa. Jengkol disini besar-besar dan jeli (apanya bahasanya kalau mendul-mendul gitu). Saya cobalah makan di warung ini dengan menu rendang jengkol, tumis pakis dan ikan.
Ternyata jengkol disini memang agak beda rasanya, lebih legit kalau saya bilang tapi teman saya bilang lebih pulen. Dan yang lebih mantaf lagi ketika buang air kecil juga tidak bau, mulut juga tidak bau. Kereennn kan.
Karena penasaran, esok malamnya saya ke Warung Nasi Pedas bu Atik lagi, selain untuk menikmati jengkol lagi yang pasti penasaran mau tanya bagaimana cara memasaknya sehingga tidak bau. Dapatlah saya tipsnya si ibu tukang masak bagaimana memasak jengkolnya... Mau tahu?? Rahasia achhh.....hahaha.
Jengkol Kalimantan memang dikenal, mungkin kenapa jengkol disini bisa besar-besar karena belum terlalu banyak orang Kalimantan yang suka dengan jengkol jadi si jengkol bisa benar-benar tua dan besar. Tidak seperti di Jawa, masih muda juga sudah dipetik untuk dilalap....hehehe. Dan yang membuat agak berbeda jengkol kalimantan dengan jengkol di daerah lainnya mungkin karena di kalimantan itu kandungan kalsium dalam tanahnya sedikit. Tapi itu baru asumsi saya lho, perlu penelitian khusus tapi bagi yang mau meneliti....hehehe...
Tapi sayangnya, saya belum bisa membuktikan jika jengkol Kalimantan itu berbeda. Karena saya belum bisa membawa jengkol mentah pulang ke Jawa. Jadi masih hoax. Next kedatangan ke Kalimantan saya akan bawa dan masak di rumah. Apa hasil dan rasanya akan sama? Kita lihat saja nanti......hehehe.
So, yang sedang ada di Kalimantan khususnya Landak, monggo coba jengkolnya. Tapi yang suka jengkol ya
See u on next travelling.
ad
Kamis, 12 November 2015
Kopi Tubruk Saring Ngabang
Menikmati "Kopi Lokal Tubruk Saring" di Ngabang, Ibukota Kabupaten Landak merupakan sensasi tersendiri. Apalagi dinikmati di pagi hari ditemani dengan pisang goreng khas Kalimantan Barat. Kopinya diseduh dan diracik dengan khas. sebelum diminum cium dulu aroma kopinya....hmmmm segar.... ketika diminum pertama kali memang masih agak pahit, hampir saja saya marah pada si mba si pembuat kopi dan memintanya membawakan sedikit gula tambahan. Entah kenapa niat itu urung saya lakukan, saya memilih menunggu sambil menikmati pisgor. Seruputan kedua, eh koq beda rasanya jadi lebih manis... ternyata disini keistimewaan kopinya, makin kesini kopinya mulai terasa manis dan akan stabil rasa manisnya setelah kopinya sudah tidak lagi terlalu panas. Fantastis..... dan yang pasti buat yang punya maag atau gangguan lambung seperti saya aman saja minum kopi ini. "Kopi Jojon" itulah terkenalnya untuk di wilayah Kalimantan Barat. Nama yang Unik. Ketika saya tanya kenapa disebut Kopi Jojon, karena setelah menyeruput kopi, sisa-sisa ambas kopi banyak yang menempel di bibir atau kumis bagi yang punya kumis lebat......hahahha. Pengalaman unik dan fantastik buat saya penggemar kopi....Hmmmm.... bisa lupa pulang ke Jakarta nie....hahaha. So, monggo yang berada di Landak dan sekitarnya mampir mencoba di dekat terminal Ngabang. #LoveNuswantara @Ngabang
Selasa, 13 Oktober 2015
Blogger Adhe Emi
Saya Emi Sulyuwati. Karena di rumah saya adalah bungsu, saya di panggil Adhe dan sampai sekarang banyak orang mengenal saya dengan "Adhe". Dan saya sendiri memang lebih nyaman dan sangat familiar dengan panggilan "Adhe"...hehehe jadi lupa dengan nama Emi. Agar agak nyambung antara nama panggilan dan nama asli, dalam account bernama "Adhe Emi'. Saya lahir dan besar di Jakarta. tapi orang tua asli Dlingo, Bantul Yogyakarta. Jadi jika ditanya 'saya orang mana atau suku mana?' Saya pasti bingung hahaha. Yang pasti saya orang Indonesia.
I love Indonesia so much.....
I love Indonesia so much.....
Langganan:
Postingan (Atom)